Mengimani-MengaminiYakobus 2:17
Kata Iman dan Amin yang kita kenal mempunyai padanan yang mirip bunyinya
dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani, yaitu emun, emunah dan he-emin. Beberapa
cerita Alkitab menjelaskan arti kata itu. Misalnya, cerita tentang Yakub dalam
kejadian 45. Setelah puluhan tahun kehilangan anaknya yang dikabarkan mati
diterkam binatang buas, tiba-tiba Yakub mendengar berita, bahwa anaknya itu
masih hidup, bahkan menjadi raja muda di Mesir. Yakub tidak percaya. Dalam ayat
26 tertulis: “... hati Yakub tetap dingin, sebab ia tidak dapat mempercayai
mereka.” Kemudian Yakub berubah pikiran. Ia mulai percaya, “... maka bangkitlah
kembali semangat Yakub....” (ayat 27). Lalu ia menindaklanjuti sikap percayanya
itu dengan langkah konkret. “... anakku Yusuf masih hidup; aku mau pergi
melihatnya...” (ayat 28).
Contoh lain terdapat dalam cerita Abraham dalam kejadian 5:1-21. Tuhan
menjanjikan sebuah negeri dan sebuah keturunan yang akan bermukim di negeri
itu. Mula-mula Abraham tidak percaya, tetapi kemudian ia percaya. Dalam ayat 6
tertulis: “Lalu percayalah Abram kepada Tuhan...” Apa yang terjadi setelah
Abraham mulai percaya? Abraham tidak mengajukan syarat. Ia pun tidak
menyodorkan usul tandingan. Yang diperbuatnya adalah menerima baik apa yang
dijanjikan Tuhan. Yang diperbuatnya adalah menyediakan diri dan membiarkan diri
dipakai oleh Tuhan sebagai “kendaraan” Tuhan dalam menjalankan rencana-Nya.
Bersikap menyediakan diri atau membiarkan Tuhan bekerja dalama dirinya
bukan berarti, bahwa Abraham hanya berpangku tangan dan menunggu secara pasif.
Justru sebaliknya Abraham (demikian juga Yakub) melakukan tindakan-tindakan
secara aktif.
Itulah arti iman, yaitu bersikap teguh dalam suatu sikap percaya dan
menindaklanjuti sikap percaya itu. Arti tersebut tampak dalam doa. Ketika
berdoa kita mengimani kehendak Tuhan. Dalam doa kita menyediakan diri dan
membiarkan diri kita dipakai oleh Tuhan untuk melaksanakan kehendak-Nya. Kita
menunduk, kita mengangguk, lalu doa itu kita akhiri dengan kata amin yang
berarti sesungguhnya begitu. Kita mengakui kesungguhan kehendak Tuhan dan kesungguhan
kita untuk menempatkan diri di bawah kehendak Tuhan. Dengan berdoa kita
mengimani dan mengamini kehendak Tuhan.
Jadi, marilah kita hidup dalam iman yang teguh kepada Tuhan dan
mengamininya dalam tindakan hidup kita sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar